Minggu, 13 November 2011

aku , temanku , novel 5 CM , mahameru , dan mimpi

hem ..
ada yang udah tau atau belum tau novel 5 CM ?


yup , novel
5 CM adalah novel karangan Dhonny Dirgantoro ,
yang mengisahkan perjalanan 6 anak manusia dalam rangka pencarian jati diri . (hhe sotau)

di novel 5 CM ada yang namanya Arial , Genta , Ian , Riani , dan Zafran . Sebenernya ada yang lain lagi , kaya Arinda yang merupakan adiknya Arial , Citra yang merupakan teman kantornya Riani yang juga berjodoh dari salah satu personil geng tersebut , hihihi , dan satu lagi cewenya Arial yang ketemu di tempat fitness bareng Ian , cuma aku lupa namanya siapa .

Arial , biasa dipanggil Rambo , katanya dia paling ganteng di gank itu hahaha . Arial juga badannya paling atletis sebab dia suka fitness . Arial kulitnya item tapi katanya manis . Arial dingin , ngga juga sih dia kan manusia pastinya panasa lah hhe . Bukan gitu , Arial termasuk cowo yang susah di deketin karena dia katanya kurang peka , kalo ditanyain ya jawab seadanya aja . Apalagi kalo nerima telpon , aduh aduh bahasanya baku banget , udah jadi tradisi keluarga katanya .

Genta , smart , pasti banget . ganteng , berkacamata . suka disebut juga kembarannya Riani . Yang ternyata punya perasaan khusus buat Riani . Genta paling seneng kalo deket deket sama Riani . Pokonya di langit pasti ada gugus buintangnya Riani dan Genta sendiri . Kalo kangen Riani , Genta suka ngeliat langit dan ngeliat gugusan bintangnya Riani .

Ian , endut , embul , yang sempet pengen jadi orang lain karena ngerasa ga ngerti dan takut ga nyambung sama yang lain . Finally dia bisa nemuin siapa dirinya itu . Ian juga ngasih kejutan ke temen temen waktu di perjalanan ke mahameru , bahwa dia akhirnya LULUS KULIAH . hahaha . twothumbsup buat Ian . dan Ian juga yang rada gelo menurut aku karna bisa ngomong sama PC plus data data yang ada di dalemnya . hha . Oh iya satu lagi , Ian juga punya rumus Mie sendiri kalo berkunjung ke rumah temannya hahaha .

Riani , satu satunya gender berbeda dari mereka semua . Riani terkenal pinter , smart , pinter ngomong dalam hal yang baik . Paling deket sama Genta , tapi faktanya ternyata bukan Genta yang disuka sama Riani . Jangan coba coba so tau atau ngomong hal hal yang baru diketahui dan sok sok an paling tau karna pasti kalah adu ngomong sama Riani , sebab Riani hampir tau semua hal . Riani wawasannya luas banget . Dan paling suka makan kuah mie nya Ian .

terakhir , Zafran . Puitis banget orangnya (katanya) . Tapi anehnya orang orang suka nyuruh Zafran berenti ngomong kalo dia udah mulai berpuitis . hha . Zafran naksir berat sama Arinda adiknya si Rambo . Tapi pada akhirnya ternyata ada yang lebih sayang sama Zafran dari dulu , dan ternyata orang nya ga jauh jauh ke bogor deh , ada selalu deket mereka , yaitu Riani . Zafran juga anak band , dan vokalis band kalo ga slaah . Zafran juga seneng banget sama musik .

berikut penampakan novelnya :

ini website resmi ka Dhonny Dirgantoro : http://5cm-legacy.com/
isinya ada cerita harian fans 5cm setelah ke Mahameru loo ..

yang penasaran beli dan baca ajah ya novel 5cm nya . hhi

aku , nisrina .

cuma seorang anak manusia yang alhamdulilah diberi kelebihan oleh Allah SWT meskipun sampai sekarang dia belum menyad
arinya , yang sangat terinspirasi dan tergugah oleh novel 5CM ini . sangat sangat ingin segera menemukan jati dirinya berhubung di umurnya yang bisa dibilang beranjak dewasa , tepat tanggal 6 juli dia berumur 17 tahun . hhe sangat sangat ingin mempunyai kisah seperti arial genta zafran ian dan riani dalam menemukan jati dirinya masing masing . di tengah tengah peluh bercucuran , darah mengalir , suka , duka , dan pendapat pendapat so tahu dari masing maisng orang .
mendiskusikan teori teori tentang tokoh tokoh terkenal yang aku pun belum tahu siapa . kaya ngediskusiin albert einstein tentang teori relativitasnya , dan segala segala tokoh lainnya yang mengeluarkan kata kata filsafat . yang sangat ingin mempunyai sahabat sejati seperti mereka , yang sangat ingin mempunyai kisah seperti mereka , yang ingin pergi ke mahameru bersama sahabat sahabatnya kelak , yang ingin lebih mencintai tanah air ini , yang ingin bisa menghargai orang lain , yang ingin punya tekad seperti yang ada di novel ini , pengen menjadi manusia sesungguhnya, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama.



“Jadi kalo kita yakin sama sesuatu, kita cuma harus percaya, terus berusaha bangkit dari kegagalan, jangan pernah nyerah, dan taruh keyakinan itu di sini….”, Zafran meletakkan telunjuk di depan keningnya.

“Betul! begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh di sini.” Ian membawa jari telunjuknya menggantung mengambang di depan keningnya…
“Kamu taruh di sini… jangan biarkan menempel di kening.
Biarkan..
Dia..
Menggantung..
Mengambang..
5 centimeter..
Di depan kening kamu…”
“Jadi dia ngga akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu ngga akan bisa nyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi,
cita-cita, keyakinan diri…”

“… biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung, mengambang didepan kening kamu. Dan sehabis itu yang diperluin cuma ..”
“ Cuma kaki yang yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang lebih sering melihat ke atas.”

“Lapisan tekad yang seribu kali lebih
keras dari baja…”
“ Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya…”
“ Serta mulut yang selalu berdoa…”
“ Dan kamu akan dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan
mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja. Bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Dan kamu ngga perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.”
“Percaya pada.. 5 centimeter di depan kening kamu.”

Selasa, 08 November 2011

Layang-layang Sebagai Pembangkit Listrik

Layang-layang memang hanya mainan. Tapi jangan remehkan, sebab di masa depan mainan ini justru akan jadi pembangkit energi. Saat angin bertiup kencang dan layang-layang dikaitkan ke generator, maka kita bisa menikmati listriknya.
“Ini lebih sederhana dari turbin angin yang membutuhkan begitu banyak materi,” jelas pakar energi Moritz Diehl dari Catholic University di Leuven, Belgia. “Dengan menghemat materi, artinya lebih ekonomis.” Biaya yang diperlukan membuat pembangkit listrik dari layang-layang hanya seperempat dari kincir angin.
Hemat Biaya
Faktor utama dalam memanfaatkan angin sebagai energi adalah mengetahui apakah tekanannya akan memperkuat kecepatan objek yang bergerak relatif bersamanya. Untuk alasan ini, kincir angin memang menghasilkan tekanan lebih kuat, yakni 8-10 kali lipat kecepatan angin.
Sedangkan layang-layang mampu menghasilkan energi yang sama kuat dengan tekanan angin jika tidak didukung struktur khusus. Ini disebabkan layang-layang memancarkan tekanan melalui jalurnya langsung. Kecepatan itu juga sangat tergantung pada kecepatan angin. Diehl bersama timnya telah melakukan pemodelan pembangkit listrik tenaga layang-layang dan terbukti pembangkit ini cukup andal
Dengan terus menerus memompa sebuah layangan, Diehl dan kawan-kawannya berhasil menghasilkan listrik sebesar 5 megawat dari layangan seluas 500 meter persegi dengan panjang tali 1,3 kilometer. Selain hemat biaya, menurut Dhiel, layangan bisa menjangkau ketinggian lebih tinggi daripada kincir angin. Makin tinggi lokasinya, makin besar pula tekanan anginnya dan makin besar energi yang dihasilkan.
Kendala
Sementara itu tim ilmuwan dari Delft University of Technology di Belanda juga menciptakan ide serupa. Hanya mereka menerbangkan sejumlah besar layang-layang sekaligus dalam satu jalur seluas 10 kilometer di angkasa. Sistem ini sama kinerjanya dengan roda air. Sistem yang dinamakan Laddermill ini mampu menghasilkan listrik sebesar 100 megawat.
Semua ide tersebut memang cukup cemerlang, hanya tak semudah itu untuk mengomerslkannya. Masih ada beberapa kelemahan, seperti layang-layang bersifat tidak stabil. “Layang-layangnya kelamaan akan berukuran tambah besar dan banyak, dan bisa menelurkan masalah kebutuhan materi dan daya tahan,” komentar Bernhard Hoffschmidt dari Solar-Institute Jülich di Aachen University in Germany.

Senin, 07 November 2011

5cm, Dari Novel ke Film

-----
-----
Waktu pertama kali bilang ke Genta, Arial, Zafran, Riani dan Ian kalo “5 cm” mau dibikin filmnya mereka pada teriak: HOREEE!!!…
Tapi abis itu mereka pada diem…
Banyak orang yang udah baca novel trus liat filmnya pada kecewa, karena tidak sebanding dengan yang apa mereka harapkan. Jadi gimana? Apa sebuah novel itu susah kalo mau diangkat ke film? Apa ada novel yang sebagus filmnya atau sebaliknya bagusan filmnya daripada novelnya.
Gue sendiri waktu nonton Harry Potter sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan bayangan yang ada di benak gue. Aduh kok Hogwarts nya begitu ya, dumbledornya Harry Potternya, Quiditchnya, jadi enakan baca novelnya. Tapi ada juga temen yang udah baca novelnya bilang filmnya lebih bagus.
Trus ada juga lho dari film terus dijadiin novel (novelization) filmnya Peter Weir (director), “DEAD POET SOCIETY” skenarionya (Tom Schulman) malahan dapet Oscar.Filmnya dapet nominasi untuk Best Picture & Best Actor in a Leading role (Robin Williams). Novelnya ditulis oleh Nancy H Kleinbaum berdasarkan movie scriptnya.Nah lho?!Jadi gimana? Bagusan novel apa Film.. yuk mari..

KALO NOVEL?

Iya gak sih kalo kita lagi baca novel, enak nikmatinnya di sore yang indah atau lagi mau tidur atau lagi sendirian. Kalo saya sih senengnya pagi pagi sambil sarapan (sape yang nanya Don?). Mungkin teman-teman yang lain punya waktu favorit masing masing untuk nikmatin novel.
Trus kalo baca novel itu masing masing kita pasti punya bayangan sendiri tentang tokoh utamanya, tempat bernama Middle Earth, Shire, Frodo, Minas tirith, Gondor, Elf dan lainnya. Dan saat kita membaca novel hampir semua panca indera kita bekerja secara simultan tetapi jauh di alam bawah sadar kita. Sehingga kerja otak kita akan menjadi lebih baik. Karena zat-zat itu terus berlari larian “mengasah” otak neuron neuron kita pun nyetrum kesana kemari. Jadi kalo kata orang dulu bilang bener, baca itu bikin kita pinter. (orang dulu itu siapa ya?)
Dengan kata lain novel itu bersifat sangat pribadi semuanya mengalir secara pribadi. Imajinasinya pribadi, rasanya pribadi, begitu subjektifnya kita sehingga kalo novel itu bagus banget semua panca indera kita merasakan hal yang sama. Makanya pengen baca lagi baca lagi baca lagi nggak bosen bosen.

KALO FILM?

Film sifatnya lebih menghibur. Kebanyakan orang nonton film di bioskop supaya bisa terhibur, nonton dengan teman pacar saudara keluarga. Tertawa bersama, sedih bersama, keren deh pokoknya. Jadi film itu basicnya dibuat untuk konsumsi bersama bukan pribadi. Dalam konteks ini panca indera kita bekerja secara langsung mendengar melihat dan merasakan sekaligus berbagi dengan yang kita ajak nonton. Alam bawah sadar kita tidak bekerja terlalu banyak.
Terjadi interaksi dari sifat dasar manusia yang ingin berbagi, makanya banyak orang yang abis nonton merasakan sesuatu yang fun! Asik dalam diri mereka. Makan kalo cowok ngajak nonton pertama kali cewek gebetannya pasti nyari film komedi, biar ketawa bareng bareng. (licik kan?) Makanya Cowok yang lagi haus belaian ngajak ceweknya nonton film horor atau film romantis biar dipeluk-peluk. Makanya kalo pacaran banyak yang nonton karena secara tidak sengaja dan disengaja mereka mulai berbagi..(Cieee). Berbagi Pop corn maksudnya…
Buat sebagian orang juga film kadang bersifat personal ada yang seneng nonton film sendirian – bukan di bioskop (seperti saya). Kadang dalam kesendirian itu kita bisa merasakan refleksi dan pencerahan yang mendalam dan ikut terhanyut di dalamnya. Waktu nonton The Godfather berkali kali saya seperti menjadi bagian emosional value dari keluarga Corleone… (I’ll make him an offer he can refuse..! Bang bang!). Begonya saya, saya bisa marah marah sendiri kalo ada temen yang bilang The Godfather biasa aja… Darah sicilian saya langsung keluar dan BANG! BANG! BRUG! saya tembak dia di jidat… “Leave the Gun take the Canoli…” (why so serious? damn!).
Dalam konteks ini film menjadi sebuah irisan yang sama dengan novel bersifat pribadi. Individu seperti ini akhirnya menjadi subjektif (seperti saya lagi) jadi suka bete sendiri kalo ada orang yang berpersepsi lain tentang film yang sama. Suka marah-marah sendiri kalo film yang dipuja habis-habisan ditonton dan dikomentari biasa biasa aja. Ya tapi nggak papa lah karena setiap orang kan punya persepsi yang beda, lo harus terima Don!

Dari Segi Penciptaan

KALO NOVEL?

Saya sebagai seorang penulis novel yang banyak diterima oleh masyarakat luas (halah!). Merasakan kalo novel emang sangat personal kita bisa menulis mau maunya kita. Kita bisa mendeskripisikan karakter semau maunya kita, bisa ngacak ngacak plot sampai kebingungan sendiri. Bisa buang buang halaman gak jelas biar disangka pinter sama yang baca. Terserah deh! pokoknya itulah keajaiban sebuah trance tulisan yang terjadi kadang nggak sadar kalo kita bisa nulis sebagus itu. Berapa halaman pun kita habisin bodo amat mau dibikin mahkluk mutan kayak gimana juga, nanti juga ada proses editingnya. Tulisan di novel selalu bersifat humanis karena kadang keluar begitu aja melanngar segala rambu rambu. Dan biasanya hal yang kayak gitu menjadi tulisan yang keren dan yang keren banget. Penulis novel biasanya nggak peduli sama aturan (yang peduli sama aturan pasti nggak jadi jadi tulisannya-hahaha). Jadi kebebasan sepenuhnya dalam mengapresiasikan kata perkata adalah hal yang sakral dan kadang muncul tidak terduga…
Seperti kata Hemingway…
“Writing is an Adventure… it’s not about to finish something… it’s about finding something…”
(Menulis adalah sebuah petualangan, bukan tentang menyelesaikan sesuatu tetapi tentang menemukan sesuatu) JHRENG JENG
Jadi kadang dalam sebuah novel kita bisa merasakan ekskalasi hubungan yang Faboulus, Anynomous, Miscelaneous in somekind of way that… jiwa kita tumpah kedalamnya dan kita mau baca lagi… baca lagi… dan baca lagi… tulisan yang keren adalah ketika si penulis menulisnya lagi trance dan yang bacanya juga ikutan trance… dan subjektivitas pun diangkat menjadi raja bernama Kebebasan. Tulisan di novel adalah sebuah kebebasan.

KALO FILM

Nah ini dia dari segi penciptaan, Novel dan film bukan seperti langit dan bumi lagi tapi intibumi sama langit ketujuh (Lo bikin hiperbola tapi jelek Don, sumpah!) Dalam penciptaan sebuah film, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, diperdebatkan ,sampai harus berantem-berantem berdarah darah. (film-film nggak jelas juntrungannya – faktor pengalinya adalah nol – diabaikan).
Sebuah film adalah kerja tim dari banyak sekali faktor di belakangnya dan biasanya setiap faktor terintegrasi dengan sum yang berbeda (saya lagi mencoba cerdas). Faktor faktor ini nantinya bersinggungan dan terjadi irisan yang akan membuat soul dari sebuah film keluar dari irisan masing masing dan membentuk jiwa film yang komplit.
Sebuah vektor vektor kecil dan rumit yang akhirnya menjadi bagian kecil yang memorable (HIP!) sesuatu yang nggak penting menjadi penting dan sesuatu yang penting diam disana menanti irisan itu datang kepadanya, jadi deh himpunan yang lengkap. (nggak ngerti? sama!)
Film adalah sebuah kerja tim, ada produser, sutradara, penulis skenario, editor, sinematografi, kostum, sound, CGI (computer generated Image – udah pada tahu Don!) masih banyak lagi ngantri berharap disebutin liat aja di credit akhir film. Banyak bener!
Tapi dari yang saya baca dan cari cari… (makanya saya berani nulisnya)
Kalo mau dipersempit lagi sebenarnya ada tiga orang yang sangat penting dalam film yang dari tiga orang ini akan ketahuan filmnya akan jadi seperti apa. Ketiga orang inilah yang nantinya akan membawa irisan masing masing ke irisan besar yang komplit ketiga orang itu adalah Produser, sutradara, dan penulis (Yes! Yes! Yes! Penulis Men! Penulis!).
Sering disebut sebagai triangle system, bukan triangle vector tapi system karena mereka harus berpikir mereka adalah bagian dari system. Kerja tim dalam film harus dalam sebuah system, kalo yang satu ngaco semuanya ngaco. Kalo nggak ngaco pasti ada leader yang kekuatannya super sehingga system system yang bekerja jelek itu tunduk padanya. Taoi ini gak bagus buat kelanjutan kerjanya, karena system gak kerja…
Ketiga orang inti itulah yang jadi jiwanya, makanya kalo di opening credit biasanya disebutin produsernya, penulis baru sutradara terakhir, mulai deh filmnya, Trus katanya biar adil waktu end credit urutannya dibalik. (katanya)
Karena lagi ngomongin bedanya novel sama film dan irisannya adalah di tulisan dan saya nggak punya kapasitas untuk membahas sutradara dan produser kita bahas dunia penulisan di film aja ya..
Kadang masyarakat kurang menghargai keberadaan seorang penulis skenario padahal dari mereka sebuah cerita berawal. Biasanya film akan mulai berjalan produksinya setelah skenarionya di lock. Dari skenario itulah bisa dihitung budget, tempatnya dimana aja, porsi dialog, CGInya soundnya, editingnya, lokasi shootingnya berapa pemerannya, figurannya Pokoknya skenario adalah kitab awal dari sebuah film.
Secara (alah secara) saya sedang belajar nulis skenario makanya saya baca baca melulu tentang penulisan skenario. Dari yang saya cari cari , baca bca dan ubek ubek, ternyata menulis skenario itu punya satu kata kunci yang jelas dan bold no itallic! Kata itu adalah: DISIPLIN! (Damn! you don’t have it Don!- lagi belajar…)
Format skenario yang udah umum biasanya adalah satu lembar sama dengan satu menit. Jadi kalo filmnya dua jam berarti 120 lembar. Lo bayangin aja pren! “5 cm” kan 380 halaman lebih! gua harus bikin jadi 120 lembar, paling banyak 135 lembar kata produsernya (geleng-geleng- itu kan masalah lo DON!)
Keren kan! DISIPLIN…!!! Nah disinilah ujian bagi penulis skenario yang harus menulis skenario dari buku/novel makanya dibilangnya adaptasi. Adaptasi, ini kata kuncinya. JHRENG JENG
Antara kebebebasan di novel dan Disiplin di skenario nggak akan bisa ketemu makanya dua duanya harus beradaptasi. Keren juga ya analisa gue…
Kira kira begini, (takut salah) Di novel mah gue bisa ngabisin halaman ceritain Genta dan teman teman semau gue… Tambah tambahin dikit biar dikira pinter sama yang baca. Di skenario nggak bisa. Beberapa puluh halaman di novel harus dijadikan cuma beberapa menit tapi tujuan yang dicapai harus sama makanya dituntut kreativitas super matrix untuk nerjemahinnya. Kalo nggak punya kreatifitas yah kayak di sinetron (bahkan ada lho di film) kalau mau ditemuin.. ditabrakkin di slow mo in buku ceweknya jatuh diambilin sama cowoknya, kenalan deh (cieeh)… Atau abis tabrakan guling gulingan di rumput padahal halaman rumputnya luas banget nggak mungkin tabrakan beneran deh! Ada tuh di film apa gitu ada 3 orang tokoh utamanya mau ditemuin, tiga tiga nya ditabrakin… ( menghina kecerdasan banget sih!). Gitu tuh gara gara punya waktu selembar semenit males mikir yang lebih bagus. Males kreatif, ya udah tabrakin aja. (pyuk yaw)
Coba kita tengok (tengok?) TITANIC. Waktu Jack liat Rose pertama kali, mereka langsung bertatapan – memorable banget kan? Jack di dek kelas ekonomi lagi ngelukis dan Rose di deck kelas atas. Jack liat rose yang begitu cantiknya (oh.. Kate! Lob you dah!) Dan fabrizio temennya Jack bilang “udah yang begituan bukan untuk kita nggak mungkin”. DASH! Belom belom udah utopis..
Dan saat mereka ketemu bukan ditabrakin (walaupun akhirnya Titanic tabrakan sama gunung es –maksudnya Don?) Saat mereka ketemu ROSE mau bunuh diri. Kan keren banget dah tuh James Cameron… dan keluarlah Quote fanastis tis tis mereka “you jump I jump!” nih itu baru…super QUOTE! Dateng dari kreatifitas si penulis (pasti lagi trance).. bangga kan lo? Hebat!
Nyasar nyasar ke Titanic. Balik lagi ke skenario. Waktu baca baca buku buku tentang skenario (lupa namanya ribet bahasa inggris) ternyata setiap skenario itu ada yang namanya Three (3) Act. Kalo diterjemahin ke Bahasa Indonesia adalah Drama tiga babak. Jadi skenario (film) itu yang ada dan masih sering dipake sampe sekarang ada tiga babaknya. ACT I adalah pengenalan karakter dan konflik, ACT II adalah konfilknya, naik turunnya berdarah darahnya survivingnya, sementara di ACT III adalah resolusi dan solusinya. Kalo sesuai dengan porsinya, contohnya durasi filmnya 120 menit berarti Act I 30 menit, ACT II nya 60 menit dan ACT III nya 30 menit.
Dan di tiap ACT ada sub ACT lagi yang pembagiannya hampir sama makanya kadang kadang di ACT I udah ditampilin adegan yang amazing supaya penonton jadi penasaran dan terhanyut (alah terhanyut..) untuk terus ngikutin filmnya. Gitu sih teori dasarnya tapi banyak juga yang diobrak abrik dan bagus juga jadinya. 3 ACT kadang dipake cuma buat landasan aja. Salah satu contoh yang ACT nya nggak lazim adalah Kill Bill dan Pulp Fiction dua duanya yang bikin Quentin Tarantino.
Hampir semua film komersial memakai format 3 ACT ini sebagai dasar walaupun terkadang batasnya blur. Tetapi kadang secara naluriah karena yang nulisnya tacit knowledgenya udah embodied ke tulisannya 3 ACT ini kebentuk sendiri sama penulis. Lain halnya kalo kita bicara film film indie ada sih sedikit 3 Act nya, ada yang nggak pake, tapi banyak yang tidak terlalu memusingkannya. Ya udah lah..

HIP!

Penulis skenario juga harus peras otak untuk bikin setiap adegan jadi amazing dan tidak biasa. Biasanya film film yang keren AMAZINGnessnya ini (sebut aja HIP!) – Hipnya ini kejaga dari awal sampai akhir. Kita ambil lagi contoh dari Titanic, akan biasa aja kalo Jack naik ke Titanic melenggang begitu aja karena emang udah punya tiket. Tapi penulisnya (James Cameroon) bikin dia naik ke Titanic gara gara menang poker! Terus di Finding Nemo akan biasa aja kalo si nemonya cuma Clownfish yang standard tapi di Finding Nemo Andrew Stanton penulisnya bikin HIPnya, dibuatlah sirip si Nemo kecil sebelah, dan bapaknya NEMO clownfish yang serius alias nggak bisa ngelawak..

Jadi gimana Dong Don skenario 5 cmnya?

Yang pastinya sih lagi memeras otak abis abisan, Karena saya dengan sotoynya lagi mencoba nulis sendiri skenarionya karena jarang banget ada penulis novel yang handle skenarionya juga. Dari yang saya baru tahu Cuma Mario Puzzo (alah Dooon lo bandingin diri lo sama Mario Puzzo – biarin!) Mario Puzzo dibantu Francis Ford Copolla nulis skenarionya dari Godfather I sampai Godfather III, makannya kali The Godfather SAGA sukses berat. Mungkin begitu juga nantinya dengan “5 cm” (halah)… udah lah yang penting usaha dulu..
Udah deh kepanjangan. OK! Dari tulisan di atas mungkin bisa diambil sedikit kesimpulan kalo. FILM dan Novel adalah dua jenis species yang berbeda Novel adalah embeee dan Film adalah Kuda jadi embeee sama kuda – BEDA! dinikmatinya juga dengan cara yang beda.
Ada saatnya kita menikmati novel dan ada saatnya kita menikmati film. Dua duanya punya kelebihan dan kekurangan masing masing, tergantung persepsi masing masing . Isi Kepala setiap orang tidak pernah sama. (Masa sih? Iya ya? Iya?)
Jadi Rugi Ah! Kalo kita repot repot berargumen bagusan novelnya atau bagusan filmnya, jadi bates batesin funnya, ya nggak? Kenapa? Karena novel adalah secangkir kopi hangat di pagi hari ditemani bau embun dan tanah basah. Dan film adalah teh hangat yang dinikmati diantara renyahnya canda tawa teman teman di sore hari yang hangat. Begitu kira kira menurut kesotoyan saya sendiri.

Review novel 5 CM Donny Dirghantoro


sampul buku 5 cm
Yap sekarang saya bakal mencoba mengupas sebuah buku lagi, kali ini giliran buku sakti yng berjudul “5 CM” karangan bro Donny Dhirgantoro.  Ini adalah salah satu buku best seller di Indonesia yang sudah lama terbitnya, jadi ini bukan buku baru.
Pertama-tama, kenapa saya sebut ini buku sakti? pasti bukan cuma asal ngomong yang jelas. Yap karena buku ini adalah sebuah novel yang sangat menginspirasi saya dalam menjalani hari-hari saya selanjutnya, memberikan keberanian, dorongan dan kekuatan dalam hidup, suwerrr bukan asal ngomong ini. Hrusnya jika dulu saya sudah punya blog pasti saya sudah mereview buku ini dari dulu.
Untung dulu saya baca buku ini, buku bersampul hitam elegan ini dengan tulisan 5cm putih di tengahnya ini saya temukan di sebuah toko buku di B*ntaro Plaza, tertarik dengan sampul dan sedikit kupasan di cover belakangnya akhirnya saya keluarin duit buat bawa pulang ntu buku, setelah sah menjadi milik saya, dikosan segera saya baca.
Jadi begini garis besar ceritanya..
Bersitting di Jakarta, ada lima sahabat yang telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun dimuali dari masa SMA. Mereka adalah Arial yang ganteng kayak saya dan berbadan atletis sehingga sama yang lain dijulukin Rambo, Riani sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok itu, Zafran yang cungkring dan suka berlagak seperti seorang penyair, Ian yang paling subur badannya, dan Genta yang dianggap sebagai leader dalam kelompok itu. Mereka selalu menjalani hari-hari bersama, nongkrong di rumah Arial atau di SMA mereka sekalipun mereka sudah lulus. Memiliki kegemaran yang aneh-aneh mulai dari mengunjungi kafe dari yang termahal dan yang termurah, sampai menonton layar tancap. Hingga suatu saat dimana karena setiap hari mereka bertemu ceria dan tertawa bersama akhirnya mereka merasa jenuh antara satu sama lain, dan di saat seperti itu, mereka memutuskan untuk tidak saling bertemu dan berkomunikasi selama tiga bulan baik itu hanya SMS sekalipun.
“Udah berapa sering sih shit deja vu kita?”
“Banyak!”
“Kita bosen kali ya, kemana-mana berlima mulu…”
“Gue sih nggak pernah bosen sama kalian.”
“Bukan sama orang-orangnya, tapi sama ‘kita’-nya.”
Dimana saat itulah mereka menemukan hal-hal baru yang memperkaya hidup mereka sebelumnya, walaupun juga mereka selalu tersiksa karena teringat sahabat-sahabatnya. Banyak kejutan yang terjadi setelah 3 bulan mereka tidak betemu. Dan akhirnya pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya dirayakan dengan sebuah perjalanan. Dimana sebuah perjalanan ini penuh dengan keyakinan, cita-cita, mimpi, dan cinta. Perpisahan dan perjalanan yang mereka lewati ini ternyata telah membuat mereka menjadi manusia yang sesungguhnya, tidak hanya seonggok daging yang hanya bisa bicara, berjalan, dan punya nama.
Si Pengarang
Novel karangan Donny Dhirgantoro ini memberikan kepada para pembaca suatu ajakan untuk lebih mencintai tanah air yang kaya ini dengan segala keterbatasannya.dari sisi penokohan dalam cerita ini cukup spesifik membuat pembaca seolah-olah kenal dengan mereka. Walaupun konflik dalam cerita ini kurang, tetapi cerita ini merupakan cerita yang mantap-jaya karena ringan dan mudah dipahami.  Yang paling saya sukai adalah saat perjalanan  dari Jakarta ke Malang (ngapain mereka ke Kota Malang, Baca aja sendiri,,) dalam penceritaan seolah-olah saya diajak untuk masuk ke dalam suasana gerbong, angkot, jeep dan suasana lainnya yang mereka lalui hingga mereka tiba di puncak Mahameru. Yap perjalanan mereka adalah mendaki gunung atau tanah tertinggi pulau jawa. Sungguh mantap pendeskripsian tempatnya.. Kehebatan Bro Donny pun terlihat dalam cerita, banyak terdapat lirik-lirik lagu mancanegara,  indonesia dan kata-kata filsuf Yunani jaman dahulu yang dikupas penuh makna, menunjukkan kepada para pembaca bagaimana makna hidup itu dan bagaimana kita menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Dalam menbaca buku ini berhati-hatilah anda karena emosi anda akkan dipermainkan, muli dari kelucuan kekompakan dan keharuan yang bisa membuat pembacanya menitikkan air mata.
Yap saya membaca buku itu sudah 5 kali dari tahun 2006 sampai 2010 ini dan merupakan satu-satunya buku yang pernah saya baca lebih dari tiga kali, dan setiap saya ada keinginan untuk membaca lagi, saya ambil buku itu lagi dan mecuplik di bagian yang saya ingin baca, benar jika buku ini secara tidak langsung juga mengubah cara pandang saya tentang hidup, karena kadang  untuk mewujudkan suatu mimpi perlu sebuah usaha yang lebih dari biasanya untuk mencapai apa yang kita inginkan.
sedikit cuplikan halaman bagian akhir-akhirnya bukunya ini :
“Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… cuma…”
“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak berbuat dari biasanya, mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.”
“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja….”
“Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya….”
“Serta mulut yang akan selalu berdoa….”
“Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaban mimpi keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasi dengan angka berapa pun… Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.”
“Percaya pada… 5 centimeter di depan kening kamu.”
Anda harus baca buku ini sendiri dan temukan kesaktian buku ini…

kata2 dari novel 5cm – Donny Dhirgantoro

“Kalo kita yakin sama sesuatu, kita cuma harus percaya, terus berusaha bangkit dari kegagalan, jangan pernah menyerah dan biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan, sehabis itu yang kamu perlu.. cuma..
kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
otak yang akan berpikir lebih keras dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat ke atas,
lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja,
dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa…”

Resensi Novel 5 cm


Resensi Novel 5 cm
Judul Buku      : 5 CM
Penulis            : Donny Dhirgantoro
Penerbit          : PT.Grasindo
Tahun terbit     : November 2007
Tebal Buku     : 381 halaman
SINOPSIS
Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Arial adalah sosok yang paling ganteng diantara mereka, berbadan tinggi besar. Arial selalu tampak rapi dan sporty. Riani adalah sosok wanita berkacamata, cantik, dan cerdas. Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal, penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya, berbadan agak besar dengan rambut agak lurus berjambul, berkacamata, aktivis kampus, dan teman yang easy going.
Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. Terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Ide tersebut pun disepakati. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Dalam perjalanan tersebut mereka menemukan arti manusia sesungguhnya.
Perubahannya itu mulai dari pendidikan, karir, idealisme, dan tentunya love life. Semuanya terkuak dalam sebuah perjalanan ‘reuni’ mereka mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru. Dan di sanalah cerita bergulir, bukan hanya seonggok daging yang dapat berbicara, berjalan, dan punya nama. Mereka pun pada akhirnya dapat menggapai cita-cita yang mereka impikan sejak dulu.
Setengah dari buku 5 cm. bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Semeru.
”…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu. Dan…sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”
ANALISIS INTRINSIK
Ø  TOKOH DAN PENOKOHAN
1)      Arial : Di dalam novel, Arial digambarkan sebagai orang yang sporty, selalu tampil rapi dan simpel. Arial adalah sosok yang tenang, pembawaannya selalu senyum, jarang mengejek, asik, cool, dan pembawa suasana ramai karena jika tertawa suaranya paling keras.
Kutipan dalam novel :
“...., pokoknya sporty deh, Arial yang selalu rapi ...”
“Arial adalah orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena Cuma dia yang bisa tenang, pembawaanya banyak senyum, dan jarang khilaf.”
“... orang yang biasa aja, tapi asik, ..., jarang nyela, jarang bercanda tapi kalo tertawa paling keras, makanya kalau ada dia jadi ramai.” 
2)       Riani : Di dalam novel ini, Riani adalah gadis berkacamata, cantik, cerdas dan mengutamakan prestasi. Pribadi yang memiliki karisma, selalu dominan dimana-mana, cerewet dan tidak mau kalah dengan siapapun juga. Riani seorang aktivis kampus yang gemar membaca dan banyak belajar. Dia juga suka berdebat.
Kutipan dalam novel :
“Riani pakai kacamata, cantik, cerdas dan seorang N-ACH sejati”
“ Dia punya semacam karisma yang bisa bikin orang menengok. Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapapun juga”
“Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja bisa didebatnya, soalnya dia banyak banyak dan banyak belajar” 
3)      Zafran : Didalam novel, tokoh zafran termasuk orang yang pandai membuat puisi, pintar. Zafran punya kelakuan yang berantakan . Zafran adalah orang yang akan bilang apa saja yang ingin dia bilang. Tokoh zafran memiliki tubuh yang kurus dan berperan sebagai vokalis band.
Kutipan dalam novel :
“Seorang penyair yang selali bimbang”
“..., kesan kedua, buat para cowokpasti punya persepsi nih anak pintar banget”
“..., Zafran punya kelakuan yang berantakan, yang katanya standar seniman”
“Zafran adala orang yang akan bilang apa aja yang dia mau bilang, ... “

4)       Ian : Didalam novel, ian adalah tokoh yang gila bola, ia juga senang tantangan dan suka makan terutama indomie. Selain itu, Ian juga gemar mengoleksi film orang dewasa (17tahun ke atas)
Kutipan dalam novel :
“Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya buat bola, ...”
“..., untuk membeli ‘piece of lust’ kalo diterjemahkan ke bahasa ilmiah adalah ‘VCD Bokep’.”
“..., dan ngefans indomie, Manchester United, dan juga Happy Salma.” 
5)       Genta : Di dalam novel ini, Genta adalah pemimpinnya. Genta begitu menyukai Riani. Genta adalah orang yang peduli terhadap orang lain, ia lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Genta adalah sosok yang baik, seorang aktivis kampus. Dia sangat dikagumi teman-temannya.
Kutipan dalam novel :
“The Leader”
“Enggak ada yang tahu kalo Genta adalah fans beratnya Riani, ...”
“aktivis kampus, ...”
Ø  TEMA
Persahabatan lima anak muda yang mempunyai kekuatan dan keajaiban mimpi dan keyakinan
Ø  LATAR BELAKANG
ü  Tempat :          Jakarta, Yogyakarta, Bogor
Rumah Arial : Kamar Arial, Secret Garden
SMA
Stasiun kereta api Senen
Stasiun Lempuyungan, Yogyakarta
Ranu Pane
Ranu Kumbolo
Puncak Mahameru
ü  Waktu :           Setiap saat (Pagi sampai malam)
ü  Suasana :         Menyenangkan, mengharukan dan menegangkan
Ø  ALUR
Dilihat dari cerita Novel ini, 5 centimeter termasuk alur maju mundur atau Campuran artinya dalam cerita terjadi flashback ke masa lalu dan kejadian masa depan.
Ø  SUDUT PANDANG
Sudut pandang adalah cara atau pandangan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Dalam Novel 5 centimeter sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga tunggal.
Ø  AMANAT
1)      Kita harus menanamkan satu keyakinan pada diri kita bahwa tidak ada yang tidak bisa di dunia ini kecuali keyakinan yang menganggap bahwa kita tidak dapat melakukan hal tersebut
2)      Jangan menganggap kritik suatu kemunduran atau serangan. Tapi, kalau kita dikritik buat cetak biru dipikiran kita. Kalo kritik itu adalah pengorbanan dari seseorang yang mungkin telah mengorbankan rasa nggak enaknya sama kita, entah sebagai teman atau rekan kerja. Tapi sebenarnya hal itu semata-mata untuk membuat diri kita lebih baik.
3)      Sebaik-baik manusia dalam hidupnya adalah apabila ia menjadi manusia yang bisa memberi manfaat bagi orang lain bukan orang yang mementingkan diri sendiri dan terlalu mencintai dirinya sendiri
4)      Jadikan mimpi kita menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kita, biar dia nggak pernah lepas dari mata kita.Dan kita bawa mimpi dan keyakinan kita itu setiap hari, kita lihat setiap hari, dan percaya bahwa kita bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kita sendiri, kalau kita percaya sama keinginan itu dan kita nggak bisa nyerah. Bahwa kita akan berdiri lagi setiap kita jatuh, bahwa kita akan mengerjarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri. Dan yang kita butuhkan Cuma lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa.
5)      Janganlah menjadi manusia yang diatur oleh keadaan dan merasa kalah sama keadaan. Tapi, jadilah manusia yang beranggapan bahwa dirinyalah yang harus mengatur keadaan, bukan dirinya yang diatur oleh keadaan yang harus selalu jadi kalimat aktif selalu pakai awalan me- bukan kalimat pasif yang selalu pake awalan di-.
6)      Tuhan memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih. Selanjutnya tinggal masalah pilihan. Itulah mengapa Tuhan sayang sama makhluknya. Ia menjaga tingkat ketidakpastian-Nya, ketidakpastian alam semesta ini dengan ketidakjelasan dan ketidakpastian, supaya kita terus belajar tentang apa saja hingga akhirnya kita bermuara pada-Nya. Sesungguhnya manusia memang diberi kebebasan memilih. Memilih dipersimpangan-persimpangan kecil atau besar dalam sebuah Big Master Plan yang telah diberikan Tuhan semenjak kita lahir. Jadi semuanya ke masalah pilihan.
7)      Terimalah dengan apadanya kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sahabat kita. Tidak semua orang memiliki nilai plus seutuhnya. Nilai plus tersebut pasti akan selalu didampingi dengan nilai minus. Tinggal bagaimana cara kita sebagai teman untuk menutupi kelebihan dan kekurangan teman kita.


Ø  GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan dalam novel 5 centimeter adalah bahasa yang mengikuti perkembangan zaman sekarang(modern) dan sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang sehingga novelnya dapat dengan mudah dimengerti
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN NOVEL
·         KELEBIHAN NOVEL :
Kelebihan buku ini adalah ceritanya yang menarik, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan alur cerita yang tidak membosankan sehingga pembaca ingin membaca buku ini hingga halaman terakhir. Pesan moral yang disampaikan pun sangat baik sehingga memotivasi pembaca agar bisa mengejar impian mereka dan membuat jadi nyata.
Buku “5cm” karya Dony Dhirgantoro dengan sampul hitam legam. Di sampul depannya ada beberapa tulisan yang fontnya juga hitam dan di bagian tengah sampul depannya ada juga tulisan “5cm” dengan font yang agak besar berwarna putih. justru yang tampilannya sok misterius kayak gini ini biasanya isinya ga jelas tetapi setelah saya baca ternyata, Buku 5cm mempunyai karakter yang cukup kuat, penuh dialog-dialog yang filosofis, dan berisi kisah-kisah yang inspirasional, dan novel ini sebenarnya cukup bagus, idenya menarik, tentang persahabatan. Penulisnya sendiri sepertinya punya pengetahuan yang luas tentang lirik lagu, film, artis-artis Hollywood, sampe ke filsafat-filasafat Yunani kuno, dan orang terkenal lainnya (Plato, Socrates, Einstein dll), dunia kerja, politik (walaupun sedikit), dan juga humanisme.
Kehebatan penulis terlihat sekali saat menggambarkan dengan detail perjalanan dari Jakarta (stasiun Senen) sampai ke atas puncak Mahameru. Pembaca bagaikan berada di sana, merasakan dinginnya Ranu Pane, indahnya Ranu Kumbolo, mistisnya Kalimati, dan menakjubkannya puncak Mahameru.
Dalam novel ini sangat banyak memuat hal yang berkaitan dengan jiwa para generasi muda, filosofi, idealisme, dan terutama musik yang intensitasnya sangat sering disebut disertai dengan lirik-lirik lagunya. Nuansa jiwa muda sangat kentara di 5 cm, semangat dan tekad yang selalu membara mengiringi setiap langkah kumpulan sahabat dalam novel ini. Sekelompok manusia yang tidak hanya hidup berfoya-foya tetapi meresapi makna kehidupan yang mereka jalani. Sebuah novel yang dapat menambah motivasi dan kepercayaan diri untuk bias meraih impian dengan bekal semangat dan tidak kenal lelah.
Bagi pemuda, 5 cm sangat mudah dipahami dari segi bahasanya karena menggunakan bahasa-bahasa familiar kaum muda.
·         KEKURANGAN NOVEL :
Cerita akhir novel ini terasa begitu dipaksakan dengan pembentukan keluarga antara sahabat-sahabat tersebut ditambah dengan keturunan mereka yang begitu sama mewarisi sifat-sifat orangtuanya dan semuanya sebaya, seumuran. Bagi saya, akhir cerita di novel ini terlalu naif. Sekelompok sahabat itu masih saja mempunyai “ruh” kaum muda meski sudah memiki keturunan dan hal tersebut terasa juga pada anak-anak yang masih TK tetapi “jiwa”nya berjiwa kaum muda dewasa. Kedua hal tersebut membuat pembaca sulit membedakan mana yang menjadi anak dan mana yang menjadi bapak, mana yang pemuda dan mana pula yang anak-anak.
Bahasa yang begitu kental dengan dunia musik menjadikan sebagian pembaca yang hanya biasa saja mengerti musik akan sulit memahami tokoh dalam novel. Sepertinya penulis ingin mennunjukkan dirinya daripada tokoh karyanya seperti yang disebut dalam novel tersebut yang mengatakan bahwa sang tokoh percaya “lupus sebenarnya tidak suka makan permen karet tetapi yang suka adalah Hilman sang pengarang. Begitu pula 5 cm bahwa geng anak muda itu sebenarnya tidak suka musik tetapi mas Donny Dhirgantoro lah yang sangat maniak musik.

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS
Donny Dhirgantoro lahir di Jakarta 27 Oktober 1978. Sulung dari empat bersaudara ini menghabiskan seluruh waktu kecilnya hingga besar di Jakarta. Menyelesaikan masa-masa putih abu-abu di SMU 6 Jakarta, sekolah yang sampai saat ini masih dibanggakan karena kenangan-kenangan yang menyenangkan dan tak terlupakan. Kegemaran menulis dan membaca sudah ada semenjak mulai bisa menulis dan membaca, konon hal ini akibat sang Papa meletakkan banyak buku disekitar ari-ari putra sulungnya.
Selepas SMU, ia melanjutkan studi di STIE Perbanas Jakarta dan ikut aktif dalam segala kegiatan kampus. Pengalaman gagal mendapatkan beasiswa pada salah satu kegiatan pelatihan kampus tidak membuatnya putus asa, tetapi pada tahun berikutnya justru mengantarnya menjadi ketua penyelenggaranya.Bersama teman-teman lain, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari kampus. Saat-saat terbaik sebagai mahasiswa adalah ketika bergabung dalam barisan menegakkan reformasi tahun 1998, yang membuatnya bangga menjadi bagian dari bangsa yang besar ini.
Text Box: Nama : Muhammad Rofiudin S
Kelas : XI IA 3
Absen : 24
Bahasa Indonesia

Minggu, 06 November 2011

Hidup Berkah tanpa Musik

Siapa saja yang hidup di akhir zaman, tidak lepas dari lantunan suara musik atau nyanyian. Bahkan mungkin di antara kita –dulunya- adalah orang-orang yang sangat gandrung terhadap lantunan suara seperti itu. Bahkan mendengar lantunan tersebut juga sudah menjadi sarapan tiap harinya. Itulah yang juga terjadi pada sosok si fulan. Hidupnya dulu tidaklah bisa lepas dari gitar dan musik. Namun, sekarang hidupnya jauh berbeda. Setelah Allah mengenalkannya dengan Al haq (penerang dari Al Qur’an dan As Sunnah), dia pun perlahan-lahan menjauhi berbagai nyanyian. Alhamdulillah, dia pun mendapatkan ganti yang lebih baik yaitu dengan kalamullah (Al Qur’an) yang semakin membuat dirinya  mencintai dan merindukan perjumpaan dengan Rabbnya.
Lalu, apa yang menyebabkan hatinya bisa berpaling kepada kalamullah dan meninggalkan nyanyian? Tentu saja, karena taufik Allah kemudian siraman ilmu. Dengan ilmu syar’i yang dia dapati, hatinya mulai tergerak dan mulai sadarkan diri. Dengan mengetahui dalil Al Qur’an dan Hadits yang membicarakan bahaya lantunan yang melalaikan, dia pun mulai meninggalkannya perlahan-lahan. Juga dengan bimbingan perkataan para ulama, dia semakin jelas dengan hukum keharamannya.
Alangkah baiknya jika kita melihat dalil-dalil yang dimaksudkan, beserta perkataan para ulama masa silam mengenai hukum nyanyian karena mungkin di antara kita ada yang masih gandrung dengannya. Maka, dengan ditulisnya risalah ini, semoga Allah membuka hati kita dan memberi hidayah kepada kita seperti yang didapatkan si fulan tadi. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolonglah dan mudahkanlah).
Beberapa Ayat Al Qur’an yang Membicarakan “Nyanyian”
Pertama: Nyanyian dikatakan sebagai “lahwal hadits” (perkataan yang tidak berguna)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا
وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 6-7)
Ibnu Jarir Ath Thabariy -rahimahullah- dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa para pakar tafsir berselisih pendapat apa yang dimaksud dengan لَهْوَ الْحَدِيثِlahwal hadits” dalam ayat tersebut. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah nyanyian dan mendengarkannya. Lalu setelah itu Ibnu Jarir menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf mengenai tafsir ayat tersebut. Di antaranya adalah dari Abu Ash Shobaa’ Al Bakrirahimahullah-. Beliau mengatakan bahwa dia mendengar Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata,
الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.
Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali.[1]
Penafsiran senada disampaikan oleh Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, dan Qotadah. Dari Ibnu Abi Najih, Mujahid berkata bahwa yang dimaksud lahwu hadits adalah bedug (genderang).[2]
Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Lahwal hadits adalah segala sesuatu yang melalaikan seseorang dari berbuat baik. Hal itu bisa berupa nyanyian, permainan, cerita-cerita bohong dan setiap kemungkaran.” Lalu, Asy Syaukani menukil perkataan Al Qurtubhi yang mengatakan bahwa tafsiran yang paling bagus untuk makna lahwal hadits adalah nyanyian. Inilah pendapat para sahabat dan tabi’in.[3]
Jika ada yang mengatakan, “Penjelasan tadi kan hanya penafsiran sahabat, bagaimana mungkin bisa jadi hujjah (dalil)?”
Maka, cukup kami katakan bahwa tafsiran sahabat terhadap suatu ayat bisa menjadi hujjah, bahkan bisa dianggap sama dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (derajat marfu’). Simaklah perkataan Ibnul Qayyim setelah menjelaskan penafsiran mengenai “lahwal hadits” di atas sebagai berikut,
Al Hakim Abu ‘Abdillah dalam kitab tafsirnya di Al Mustadrok mengatakan bahwa seharusnya setiap orang yang haus terhadap ilmu mengetahui bahwa tafsiran sahabat –yang mereka ini menyaksikan turunnya wahyu- menurut Bukhari dan Muslim dianggap sebagai perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di tempat lainnya, beliau mengatakan bahwa menurutnya, penafsiran sahabat tentang suatu ayat sama statusnya dengan hadits marfu’ (yang sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Lalu, Ibnul Qayyim mengatakan, “Walaupun itu adalah penafsiran sahabat, tetap penafsiran mereka lebih didahulukan daripada penafsiran orang-orang sesudahnya. Alasannya, mereka adalah umat yang paling mengerti tentang maksud dari ayat yang diturunkan oleh Allah karena Al Qur’an turun di masa mereka hidup”.[4]
Jadi, jelaslah bahwa pemaknaan لَهْوَ الْحَدِيثِ /lahwal hadits/ dengan nyanyian patut kita terima karena ini adalah perkataan sahabat yang statusnya bisa sama dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua: Orang-orang yang bernyanyi disebut “saamiduun
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ  , وَتَضْحَكُونَ وَلا تَبْكُونَ , وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ , فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا
Maka, apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu saamiduun? Maka, bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (QS. An Najm: 59-62)
Apa yang dimaksud سَامِدُونَ /saamiduun/?
Menurut salah satu pendapat, makna saamiduun adalah bernyanyi dan ini berasal dari bahasa orang Yaman. Mereka biasa menyebut “ismud lanaa” dan maksudnya adalah: “Bernyanyilah untuk kami”. Pendapat ini diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan Ibnu ‘Abbas.[5]
‘Ikrimah mengatakan, “Mereka biasa mendengarkan Al Qur’an, namun mereka malah bernyanyi. Kemudian turunlah ayat ini (surat An Najm di atas).”[6]
Jadi, dalam dua ayat ini teranglah bahwa mendengarkan “nyanyian” adalah suatu yang dicela dalam Al Qur’an.
Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Mengenai Nyanyian
Hadits Pertama
Bukhari membawakan dalam Bab “Siapa yang menghalalkan khomr dengan selain namanya” sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ –
يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”[7] Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.
Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259). Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukanirahimahumullah-.
Memang, ada sebagian ulama semacam Ibnu Hazm dan orang-orang yang mengikuti pendapat beliau sesudahnya seperti Al Ghozali yang menyatakan bahwa hadits di atas memiliki cacat sehingga mereka pun menghalalkan musik. Alasannya, mereka mengatakan bahwa sanad hadits ini munqothi’ (terputus) karena Al Bukhari tidak memaushulkan sanadnya (menyambungkan sanadnya). Untuk menyanggah hal ini, kami akan kemukakan 5 sanggahan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah:
Pertama, Al Bukhari betul bertemu dengan Hisyam bin ‘Ammar dan beliau betul mendengar langsung darinya. Jadi, jika Al Bukhari mengatakan bahwa Hisyam berkata, itu sama saja dengan perkataan Al Bukhari langsung dari Hisyam.
Kedua, jika Al Bukhari belum pernah mendengar hadits itu dari Hisyam, tentu Al Bukhari tidak akan mengatakan dengan lafazh jazm (tegas). Jika beliau mengatakan dengan lafazh jazm, sudah pasti beliau mendengarnya langsung dari Hisyam. Inilah yang paling mungkin, karena sangat banyak orang  yang meriwayatkan (hadits) dari Hisyam. Hisyam adalah guru yang sudah sangat masyhur. Adapun Al Bukhari adalah hamba yang sangat tidak mungkin melakukan tadlis (kecurangan dalam periwayatan).
Ketiga, Al Bukhari memasukkan hadits ini dalam kitabnya yang disebut dengan kitab shahih, yang tentu saja hal ini bisa dijadikan hujjah (dalil). Seandainya hadits tersebut tidaklah shahih menurut Al Bukhari, lalu mengapa beliau memasukkan hadits tersebut dalam kitab shahih?
Keempat, Al Bukhari membawakan hadits ini secara mu’allaq (di bagian awal sanad ada yang terputus). Namun, di sini beliau menggunakan lafazh jazm (pasti, seperti dengan kata qoola yang artinya dia berkata) dan bukan tamridh (seperti dengan kata yurwa atau yudzkaru, yang artinya telah diriwayatkan atau telah disebutkan). Jadi, jika Al Bukhari mengatakan, “Qoola: qoola Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ...]”, maka itu sama saja beliau mengatakan hadits tersebut disandarkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelima, seandainya berbagai alasan di atas kita buang, hadits ini tetaplah shahih dan bersambung karena dilihat dari jalur lainnya, sebagaimana akan dilihat pada hadits berikutnya.[8]
Hadits Kedua
Dari Abu Malik Al Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِى الْخَمْرَ يُسَمُّونَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا يُعْزَفُ عَلَى رُءُوسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَالْمُغَنِّيَاتِ يَخْسِفُ اللَّهُ بِهِمُ الأَرْضَ وَيَجْعَلُ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ
Sungguh, akan ada orang-orang dari umatku yang meminum khamr, mereka menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan musik dan alunan suara biduanita. Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk mereka menjadi kera dan babi.”[9]
Hadits Ketiga
Dari Nafi’ –bekas budak Ibnu ‘Umar-, beliau berkata,
عُمَرَ سَمِعَ ابْنُ عُمَرَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَوَضَعَ إِصْبَعَيْهِ فِى أُذُنَيْهِ وَعَدَلَ رَاحِلَتَهُ عَنِ الطَّرِيقِ وَهُوَ يَقُولُ يَا نَافِعُ أَتَسْمَعُ فَأَقُولُ نَعَمْ.
قَالَ فَيَمْضِى حَتَّى قُلْتُ لاَ. قَالَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ وَأَعَادَ الرَّاحِلَةَ إِلَى الطَّرِيقِ وَقَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
وَسَمِعَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَصَنَعَ مِثْلَ هَذَا
Ibnu ‘Umar pernah mendengar suara seruling dari seorang pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain. Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”
Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.”
Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar suara seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi.”[10]
Keterangan Hadits
Dari dua hadits pertama, dijelaskan mengenai keadaan umat Islam nanti yang akan menghalalkan musik,berarti sebenarnya musik itu haram kemudian ada yang menganggap halal. Begitu pula pada hadits ketiga yang menceritakan kisah Ibnu ‘Umar bersama Nafi’. Ibnu ‘Umar mencontohkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal yang sama dengannya yaitu menjauhkan manusia dari mendengar musik. Hal ini menunjukkan bahwa musik itu jelas-jelas terlarang.
Jika ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang dilakukan Ibnu ‘Umar tadi hanya menunjukkan bahwa itu adalah cara terbaik dalam mengalihkan manusia dari mendengar suara nyanyian atau alat musik, namun tidak sampai menunjukkan keharamannya, jawabannya adalah sebagaimana yang dikatakan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (julukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) rahimahullah berikut ini,
اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي سَمَاعِهِ ضَرَرٌ دِينِيٌّ لَا يَنْدَفِعُ إلَّا بِالسَّدِّ
“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.”[11]
Kalam Para Ulama Salaf Mengenai Nyanyian (Musik)
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran.
Al Qasim bin Muhammad pernah ditanya tentang nyanyian, lalu beliau menjawab, “Aku melarang nyanyian padamu dan aku membenci jika engkau mendengarnya.” Lalu orang yang bertanya tadi mengatakan, “Apakah nyanyian itu haram?”  Al Qasim pun mengatakan,”Wahai anak saudaraku, jika Allah telah memisahkan yang benar dan yang keliru, lantas pada posisi mana Allah meletakkan ‘nyanyian’?
‘Umar bin ‘Abdul Aziz pernah menulis surat kepada guru yang mengajarkan anaknya, isinya adalah, ”Hendaklah yang pertama kali diyakini oleh anak-anakku dari budi pekertimu adalah kebencianmu pada nyanyian. Karena nyanyian itu berasal dari setan dan ujung akhirnya adalah murka Allah. Aku mengetahui dari para ulama yang terpercaya bahwa mendengarkan nyanyian dan alat musik serta gandrung padanya hanya akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan. Demi Allah, menjaga diri dengan meninggalkan nyanyian sebenarnya lebih mudah bagi orang yang memiliki kecerdasan daripada bercokolnya kemunafikan dalam hati.”
Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.
Yazid bin Al Walid mengatakan, “Wahai anakku, hati-hatilah kalian dari mendengar nyanyian karena nyanyian itu hanya akan mengobarkan hawa nafsu, menurunkan harga diri, bahkan nyanyian itu bisa menggantikan minuman keras yang bisa membuatmu mabuk kepayang. … Ketahuilah, nyanyian itu adalah pendorong seseorang untuk berbuat zina.”[12]
Empat Ulama Madzhab Mencela Nyanyian
  1. Imam Abu Hanifah. Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu perbuatan dosa.[13]
  2. Imam Malik bin Anas. Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib.”[14]
  3. Imam Asy Syafi’i. Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”[15]
  4. Imam Ahmad bin Hambal. Beliau berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan aku pun tidak menyukainya.”[16]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”[17]
Bila Engkau Sudah Tersibukkan dengan Nyanyian dan Nasyid
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Beliau mengatakan,
“Seorang hamba jika sebagian waktunya telah tersibukkan dengan amalan yang tidak disyari’atkan, dia pasti akan kurang bersemangat dalam melakukan hal-hal yang disyari’atkan dan bermanfaat. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mencurahkan usahanya untuk melakukan hal yang disyari’atkan. Pasti orang ini akan semakin cinta dan semakin mendapatkan manfaat dengan melakukan amalan tersebut, agama dan islamnya pun akan semakin sempurna.”
Lalu, Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Oleh karena itu, banyak sekali orang yang terbuai dengan nyanyian (atau syair-syair) yang tujuan semula adalah untuk menata hati. Maka, pasti karena maksudnya, dia akan semakin berkurang semangatnya dalam menyimak Al Qur’an. Bahkan sampai-sampai dia pun membenci untuk mendengarnya.”[18]
Jadi, perkataan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (yang dijuluki Syaikhul Islam) memang betul-betul terjadi pada orang-orang yang sudah begitu gandrung dengan nyanyian, gitar dan bahkan dengan nyanyian “Islami” (yang disebut nasyid). Tujuan mereka mungkin adalah untuk menata hati. Namun, sayang seribu sayang, jalan yang ditempuh adalah jalan yang keliru karena hati mestilah ditata dengan hal-hal yang masyru’ (disyariatkan) dan bukan dengan hal-hal yang tidak masyru’, yang membuat kita sibuk dan lalai dari kalam Robbul ‘alamin yaitu Al Qur’an.
Tentang nasyid yang dikenal di kalangan sufiyah dan bait-bait sya’ir, Syaikhul Islam mengatakan,
“Oleh karena itu, kita dapati pada orang-orang yang kesehariannya dan santapannya tidak bisa lepas dari nyanyian, mereka pasti tidak akan begitu merindukan lantunan suara Al Qur’an. Mereka pun tidak begitu senang ketika mendengarnya. Mereka tidak akan merasakan kenikmatan tatkala  mendengar Al Qur’an dibanding dengan mendengar bait-bait sya’ir (nasyid). Bahkan ketika mereka mendengar Al Qur’an, hatinya pun menjadi lalai, begitu pula dengan lisannya akan sering keliru.”[19]
Adapun melatunkan bait-bait syair (alias nasyid) asalnya dibolehkan, namun tidak berlaku secara mutlak. Melatunkan bait syair (nasyid) yang dibolehkan apabila memenuhi beberapa syarat berikut:
  1. Bukan lantunan yang mendayu-dayu sebagaimana yang diperagakan oleh para wanita.
  2. Nasyid tersebut tidak sampai melalaikan dari mendengar Al Qur’an.
  3. Nasyid tersebut terlepas dari nada-nada yang dapat membuat orang yang mendengarnya menari dan berdansa.
  4. Tidak diiringi alat musik.
  5. Maksud mendengarkannya bukan mendengarkan nyanyian dan nadanya, namun tujuannya adalah untuk mendengar nasyid (bait syair).
  6. Diperbolehkan bagi wanita untuk memukul rebana pada acara-acara yang penuh kegembiraan dan masyru’ (disyariatkan) saja.[20]
  7. Maksud nasyid ini adalah untuk memberi dorongan semangat ketika keletihan atau ketika berjihad.
  8. Tidak sampai melalaikan dari yang wajib atau melarang dari kewajiban.[21]
Penutup
Kami hanya ingin mengingatkan bahwa pengganti nyanyian dan musik adalah Al Qur’an. Dengan membaca, merenungi, dan mendengarkan lantunan Al-Qur’anlah hati kita akan hidup dan tertata karena inilah yang disyari’atkan.
Ingatlah bahwa Al Qur’an dan musik sama sekali tidak bisa bersatu dalam satu hati. Kita bisa memperhatikan perkataan murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.”[22]
Dari sini, pantaskah Al Qur’an ditinggalkan hanya karena terbuai dengan nyanyian? Ingatlah, jika seseorang meninggalkan musik dan nyanyian, pasti Allah akan memberi ganti dengan yang lebih baik.
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik.”[23]
Tatkala Allah memerintahkan pada sesuatu dan melarang dari sesuatu pasti ada maslahat dan manfaat di balik itu semua. Sibukkanlah diri dengan mengkaji ilmu dan mentadaburri Al Quran, niscaya perlahan-lahan perkara yang tidak manfaat semacam nyanyian akan ditinggalkan. Semoga Allah membuka hati dan memberi hidayah bagi setiap orang yang membaca risalah ini.
Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.
***
Disempurnakan di Pangukan-Sleman, 16 Rabi’ul Awwal 1431 H (02/03/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

[1] Lihat Jami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, Ibnu Jarir Ath Thobari, 20/127, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H.
[2] Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy, 5/105, Mawqi’ At Tafasir.
[3] Lihat Fathul Qadir, Asy Syaukani, 5/483, Mawqi’ At Tafasir.
[4] Lihat Ighatsatul Lahfan min Masho-idisy Syaithon, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/240, Darul Ma’rifah, Beirut, cetakan kedua, 1395 H
[5] Lihat Zaadul Masiir, 5/448.
[6] Lihat Ighatsatul Lahfan, 1/258.
[7] Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq dengan lafazh jazm/ tegas.
[8] Lihat Ighatsatul Lahfan, 1/259-260.
[9] HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[10] HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[11] Majmu’ Al Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroini, 11/567, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H.
[12] Lihat Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hal. 289, Darul Kutub Al ‘Arobi, cetakan pertama, 1405 H
[13] Lihat Talbis Iblis, 282.
[14] Lihat Talbis Iblis, 284.
[15] Lihat Talbis Iblis, 283.
[16] Lihat Talbis Iblis, 280.
[17] Majmu’ Al Fatawa, 11/576-577.
[18] Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim li Mukholafati Ash-haabil Jahiim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq & Ta’liq: Dr. Nashir ‘Abdul Karim Al ‘Aql, 1/543, Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah, cetakan ketujuh, tahun 1419 H
[19] Majmu’ Al Fatawa, 11/567.
[20] Seperti terdapat riwayat dari ‘Umar bahwa beliau membolehkan memukul rebana (ad-duf) pada acara nikah dan khitan. Dan ini adalah pengkhususan dari dalil umum yang melarang alat musik. Sehingga tidak tepat jika rebana ini diqiyaskan (dianalogikan) dengan alat musik yang lain. (Lihat An Nur Al Kaasyif fii Bayaani Hukmil Ghina wal Ma’azif, hal. 61, Asy Syamilah)
[21] Lihat An Nur Al Kaasyif fii Bayaani Hukmil Ghina wal Ma’azif, hal. 44-45, Asy Syamilah.
[22] Ighatsatul Lahfan, 1/248-249.
[23] HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.